Granit
E. J. Cobbing
Translated ; Mirsandi
Pengetahuan granit Sumatera sebagian besar telah terkumpulkan dari hasil program pemetaan sistematis yang dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi sumberdaya mineral dan menyediakan data base geologi bagi penelitian lebih detail. Program pemetaan yang terutama dilakukan oleh Geologis Belanda dan Indonesia dulu pada perang dunia kedua, sebagian besar di daerah Sumatera bagian selatan dan Kepulauan Timah. Di tahun 1970 kombinasi direktorat Sumberdaya Mineral/ Proyek Survey Geologi Inggris melakupan pemetaan geologi Sumatera kathulistiwa utara. Dalam penyelesaian proyek ini peta geologi dan geokimia pertengahan 1980 diterbitkan dengan skala 1:250.000, bersamaan dengan deskriptif lembaran buletin. Kompilasi berguna lainnya yang mengacu pada peta geologi skala 1:2,5 juta untuk keseluruhan kepulauan Indonesia termasuk Sumatera (Clarke 1990).
Sesudah itu Survey Geologis Inggris melakukan proyek yang sama yang lebih kecil di Sumatera bagian selatan dengan tujuan untuk memperbaharui program pemetaan geologi dan ekxplorasi mineral yang sedang dialkukan oleh Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Indonesia dan Direktorat Sumberdaya mineral. Sebagai bagian dari program ini usaha khusus dibuat untuk menginvestigasi granit di daerah ini. Kombinasi Ruangkerja granit/program pemetaan regional menghasilkan identifikasi banyak unit granit dalam batholit seperti Lassi, Bungo dan Garba, juga sejumlah pluton yang terisolasi. Analisis isotop dan geokimia penuh diperlukan untuk granit2 ini. (McCourt & Cobbing 1993; McCourt et al. 1996). Gasparon & Varne (1995) telah menyediakan informasi geokimia dan geologi lebih lanjut dari granit dan gunung berapi terpilih pada seluruh Sumatera. Cobbing et al. (1986, 1992) sebelumnya telah menyediakan data isotop dan geokimia lengkap dari Granit Kepulauan Timah sebagai bagian dari studi luas/komprehensif granit yang banyak di Aia Tenggara.
Studi gabungan ini menetapkan saran sebelumnya bahwa granit Sumatera bisa diklasifikasikan kedalam kelompok yang lebih tua, granit assosiai timah yang tersebar luas, dan kelompok yang lebih muda, yang secara geografis terbatas, volcanic arc granite dengan rentang komposisi yang luas.
Granit assosia timah yang lebih tua yang melalui seluruh sumatera, tetapi sebagian besar terkonsentrasi di bagian timur jajaran Barisan dan juga yang didalamnya, tetapi di beberapa singkapan area granit meluas sejauh pantai barat. Granit Gunungberapi Arc berderet dengan Jajaran barisan.
Di saat ini sulit untuk memberikan penjelasan granit Sumatera, karena banyak pekerjaan sebelumnya yang tertuju pada aspek berbeda geologi, geokimia dan hubungan isotopik pada granit. Ini telah sulit dalam mengintrepetasi studi sebelumnya, akibatnya perpaduan berikut terbatas oleh tujuan berbeda dan kondisi dibawah dimana pekerjaan regional sebelumnya di lakukan.
Umur Isotopik Granit Sumatera
Banyak analisis isotopik yang terbit dari Sumatera tidak didukung oleh deskripsi petrografi atau analisis kimia batu keseluruhan. Lagipula, dibeberapa kasus umur isotropik ditentukan untuk pluton khusus yang terdapat sebagi jajaran yang luas sehingga tidak mungkin untuk menerbitkan umur mereka yang tepat. Di kasus lainnya ketersediaan geokimia cukup ganjil memberikan keraguan dalam kepercayaan umur isotopik yang dilaporkan. Ini adalah kasus dari Granit Ombilin (Gambar 5.1), mellaui pantai bagian barat danau Singkarak, Silitonga & Kastowa (1975) berumur 256 +/- 6 Ma. Tubuh ini memiliki geokimia tipe arc volcanic tetapi sangat kuat terdeformasi, dan menunjukkan nilai potassium dan rubidium menyimpang snagat tinggi(mccourt & Cobbing 1993). Faktor-faktor ini membuat keraguan dalam kepercayaan umur yang terlaporkan, yang mana setidaknya 50 Ma lebih tua dari semua granit lainnya dalam hal afinitasnya.
Contoh lebih jauh kesulitan dalam menginterpretasi umur isotopik granit Sumatera disediakan oleh Sibolga Btaholith di Sumatera barat laut. Pluton ini telah menghasilkan jajaran yang luas umur istropik dari 75 sampai 264 Ma. Ini adalah tubuh yang sangat besar, dan mungkin bercampur, berisikan beberapa unit berbeda dari umur yang berbeda. Di daerah pedalaman Sibolga granit terdiri dari Biotit-granit hornblende dan granodiorit dengan kristal sangat besar K-feldspar pink, enclave basah dan dyke basah. Karaktersitik ini adalah ciri khas granit provinsi bagian timur Peninsular Malaysia dan kepulauan Timah, dan membedakan batuan ini dari granit yang berasosiasi dengan timah di daerah yang sama (Cobbing et al. 1986, 1992). Posisi Sibolga Granit namun, jelasnya berbeda, karena ia terbentad jauh di pantai barat Sumatera, 300 km jauh dari Granit provinsi Bagian timur Peninsular Malaysia.
Umur istotopik 264 Ma (Aspden et al. 1982b) mungkin menunjukkan umur penempatan Granit Sibolga itu sendiri, tetapi 13 umur lainnya tersimpan dalam tubuh ini, berentang dari 75 sampai 264 Ma, tidak bisa menunjukkan penempatan umur Pluton Sibolga, dan mungkin telah terbentuk dari pluton stalit di daerah Sibolga.Tidak sama seperti Batholit Sibolga tidak ada pertanyaan sumber yang tidak pasti untuk Batholit Lassi (Gambar 5.1) yang telah memberi banyak quote zaman kretasius awal 112 Ma (katili 1974a). Namun, ini bertentangan dengan umur K-Ar 56,3 Ma yang dilaporkan oleh Sato (1991). Lima umur K-Ar 57, 55, 54, 53 dan 53 Ma dari unit berbeda batholit ini yang diberikan McCourt et al. (1996) dan umur 40Ar/39Ar 55 dan 56 Ma (Imtihanah 2000) mengkonfirmasi umur Palaecene sendiri.
Contoh Lassi menyarankan bahwa banyak umur isotopik dilaporkan dari Sumatera tidak mencerminkan umur penempatan, tetapi itu sekarang tidak mungkin membedakan ini dari umur yang dapat dipercaya, kecuali kalau metode pelengkapan penanggalan isotop telah digunakan, syarat yang pada hakikatnya mengurangi nilai set data yang tersedia baru-baru ini. Untuk alasan ini beberapa kutipan umur isotop dalam acount berikut adalah subjek perbaikan. Kebnayakan umur granit dianggap dalam laporan ini adalah data geokimia dan isotop yang mendukung.
Sampai umur U-Pb zirkon baru-baru ini didapatkan oleh Liew & McCulloch (1985) dari granit Kuantan Provinsi bagian timur Peninsular Malaysia adalah umur yang tertua dari daerah granit. Ini sekarang telah meluas menjadi 275 Ma oleh Schwartz & Askury (1990) yang menghasilkan umur K-ArBiotit dari Pluton di jajaran daerah Kuantan Dungun dari 220 ke 275 Ma. Umur dari provinsi jajaran utama Peninsular Malaysia umumnya lebih muda, dari 207 sampai 230 Ma (Cobbing et al. 1992). Puncak aktivitas magma Granit Jajaran Utama di Peninsular Malaysia dan kepulauan timah adalah pada 220 Ma, dengan granit yang lebih tua, khususnya di Kepulauan Timah: contoh Belinyu 251 +/- 10 dan Penangas 252 +/-8 (Cobbing et al. 1992) (Gambar 5.2).
Di Penninsula Malaysia Provinsi Granit bagian timur terpisah dengan garis Bentong-Raub dari provinsi Main Range, dimana umur granit umumnya lebih muda, berjarak dari 207 sampai 230 Ma (Triassic akhir)(Gambar 5.1 & 5.3) meskipun beberapa granit, khususnya di Kepualuan Timah, telah memberikan umur Permian akhir, contohnya catatan Belinyu dan Penangas diatas (Cobbing et al. 1992).
Meskipun sejumlah besar pekerjaan telah rampung pada granit Sumatera hanya 6 penelitian yang memberikan geologi mereka secara detail tepat, geokimia dan fitur isotop untuk perbandingan yang berguna. Ini adalah publikasi Beddoe-Stephens et al. (1987) Batholit Muarasipongi, Schwartz & Surjono (1990a) untuk daerah 30, Clarke & Beddoe-Stphens (1987) untuk Granit Hatapang, Sato (1991) untuk 3 pluton tipe I dan tipe S di Sumatera tengah, Gasparon & Varne (1995) untuk pluton terpilih yang sebagian besar karakter volcanic arc dari keseluruhan pulau, McCourt & Cobbing (1993) yang memberikan set data lengkap koleksi mereka tentang bagian sumatera bagian selatan, dan McCourt et al. (1996) yang memberikan data terpilih dari set data. Namun berguna untuk menginterpretasikan umur dan affinitas granit lainnya di Sumatera dalam kerangka yang disediakan oleh studi baru-baru ini, menggunakan karakteristik lapangan dan petrografi yang disediakan oleh studi terdahulu.
Deretan Granit
Granit sumatera terbentuk dari kelompok berbeda. Kelompok lebih tua yang secara luas tersebar sebagai pluton yang terisolasi dan batholit yang menyelimuti seluruh pulau, tetapi sebagian di daerah timur Barisan Range. Beberapa granit ini adalah asosiasi timah dan memiliki range komposisi tipis nilai SiO2, umumnya diatas 70%. Granit-granit lebih tua ini berhubungan dengan Central Province (Main Range) Sabuk timah Asia Tenggara, Peninsular Malaysia dan Thailand (Gambar 5.1 & 5.3). Kelompok granit yang lebih muda terbentuk dari komponen plutonik deretan arc gunung berapi. Mereka berada di Barisan Range, dimana mereka membentuk batholit kecil dan pluton yang terpisah dengan range komposisi yang luas dari Gabro sampai monzogranit.
Deretan ikatan Timah
Granit asosiasi timah adalah afinitas tipe S dan kemungkinan kebanyakan berumur trias. Mereka tersebar luas di Sumatera dan tidak begitu tersingkap. Mereka sama dengan granit Main Range Peninsular Malaysia dan kepulauan timah Indonesia. Namun, hampir kekurangan yang lengkap data geokimia dan isotopnya unuk granit ini, Schwartz (1987) dan Schwartz & Surjono (1990a) melaporkan 5 besar dan analisis elemen jejak daro greisens dan megakristal K-feldspar granit biotit dari Sungei Isahan dan area berdekatan di daerah 30 Sumatera Selatan (gambar 5.1). 3 analisis greisen dan jauh berbeda dengan komposisinya, tetapi 2 berasal dari megakristal K-feldspar normal monzogranit dengan nilai SiO2 71,7 dan 71,47% dimana sama dengan signature geokimia granit dari Provinsi Range Main Peninsular Malaysia dan thailand.
ada yg jual material zircon khusus yg dari Bangka...
ReplyDeletesy berminat membeli.
kalau ada Hub. WA sy; Ardi -
082244445711
ada yg jual material zircon khusus yg dari Bangka...
ReplyDeletesy berminat membeli.
kalau ada Hub. WA sy; Ardi -
082244445711