Saturday 23 January 2016

MAKALAH BAHAN GALIAN INDUSTRI
BATU RIJANG
DI DAERAH BELITUNG TIMUR

Di Susun oleh 

 Mirsandi



FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2012/2013



Kata Pengantar

          Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya makalah Bahan Galian Industri tentang batu Rijang yang terdapat di Belitung Timur ini dapat terselesaikan.
         Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan Galian Industri,  jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Bangka Belitung. Penulisan ini terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Fery Hardianto selaku dosen pengajar mata kuliah Bahan Galian Industri
2. Rekan – rekan mahasiswa atas kerjasamanya dan semua pihak yang telah membantu dalam         penyusunan makalah ini.
        Saya menyadari tak ada gading yang tak retak, maka seperti halnya pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah ini.


PEMBAHASAN
Rijang ( Chert )

1. Pengenalan Rijang ( SiO2 )
           Rijang atau batu api ( Bahasa Inggris : Flint atau Flinstone ) adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin ( glassy ). Batu ini termasuk di dalam batuan pra tersier yang termasuk dalam kelompok batuan sedimen pelages biogen yang terdiri dari rijang ( chert ) dan batu gamping merah.  Disebut batu api karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Kebanyakan perlapisan rijang tersusun oleh sisa organisme penghasil silica seperti diatom dan radiolatia. 


             Endapan tersebut dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silica organic yang terakumulasi pada dasar lautan yang dalam. Lumpur tersebut bersama –sama terkumpul dibawah zona – zona plangtonik radiolarian dan diatom saat hidup di permukaan air dengan suhu yang hangat. Saat organisme tersebut mati, cangkang mereka diendapkan perlahan didasar laut dalam yang kemudian mengalami akumulasi yang masih saling lepas. Material –material tersebut diendapkan jauh dari busur daratan hingga area dasar samudera, saat suplai sedimen terrigneous rendah, dan pada bagian terdalam dari dataran abyssal terdapat batas ini dinamakan carbonat compensation dept ( CCD), dimana akumulasi material – material calcareous tidak dapat terbentuk. Hal ini dikarenakan salah satu sifat air adalah dingin akan mengikat lebih banyak CO2 dibandingkan air hangat. Dilaut, terdapat satu batas yang jelas dimana kandungan CO2 dibawah lebih tinggi. Dibawah batas tersebut, kandungan CO2 sangat tinggi akibat organism yang mengandung karbonat akan larut di CCD sehingga tidak akan mengendap karena tidak pernah sampai kedasar laut. Carbonat compensation dept ini terletak sekitar kedalaman 2500 meter atau 2.5 kilometer dibawah permukaan laut. Diatas carbonate compensation depth, sekitar 2000 meter, terdapat suatu daerah yang disebut lysocline. Disini, sebagian karbonat sudah mulai melarut sebagian. Beberapa perlapisan rijang belum tentu berasal dari bahan organic. Bisa saja bersal dari presipitasi silica yang berasal dari dapur magma yang sama pada basaltic bawah laut ( lava bantal ) yang mengalami presipitasi bersamaan dengan perlapisan rijang.


          Proses pembentukan rijang belum jelas atau belum disepakati, tapi secara umum dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang mneyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen, misalnya lubang yang digali oleh mullusca, yang kemudian akan berubah menjadi silikat. Teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang.. 
Tekstur dan struktur dari batu rijang ini adalah rapat dan berlapis. Komposisi mineral yang dikandungnya bisa berupa campuran silika, opal, kalsedon dll. Batu Rijang ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu warnanya beragam mulai dari kemerah – merahan ( merah hati ), kadang – kadang berwarna kehijauan atau kehitaman, dimana nilai kekerasannya mencapai 7, kilapnya non, dan konkoidal.

          Batu ini sering disebut sebagai batuan sedimen laut dalam. Batuan ini terbentuk oleh proses pengendapan yang terjadi pada dasar samudera. Fosil renik Radiolaria yang dijumpai didalam batu rijang didaerah Karangsambung menunjukkan umur 85 juta tahun hingga mencapai 140 juta tahun yang lalu. Batu Rijang yang berwarna merah karena mengandung unsur besi dan magnesium, merupakan foliasi vertical dengan terdapat kekar yang telah terisi oleh material.

2. Tempat diketemukannya
Kebanyakan rijang didapatkan di sungai sebagai endapan alluvial. Dengan demikian baik bentuk, ukuran warnanya sangat bervariasi. Tempat dijumpainya rijang antara lain :

  • Daerah Istimewa Aceh : Sungai Tutut, Meulaboh, Aceh Barat ; Blangkejeren Aceh Tenggara.
  • Bangka Belitung : Tanjung pandan, Membalong, Dendang, Gantung, Manggar, Kelapa kampit.
  • Jawa Barat : Cigelang Kab. Sukabumi ; Waluran Kab. Sukabumi, Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi
  • Jawa Tengah : Tirtomojo, kab. Wonogiri; Kismantoro dan Pracimantoro Kab. Wonogiri
  • Jawa Timur : Sungai Cepoko, Sungai Winong, Sungai Kedung Semar Kec. Pacitan; Badegan Kab.Ponorogo, Arjosari Kab. Pacitan
  • Kalimantan Barat : Sungai Kapuas
  • Kalimantan Selatan : Kp. Simpang Empat; Martapura, Kab. Banjar
  • Sulawesi Selatan : S. Tandiwoto, Lengkuna, Bakumponbini; Tondo; 
  • Nusa Tenggara Timur : Wowonato.


3. Teknik Penambangan
           Rijang kebanyakan didapatkan sebagai endapan alluvial, dengan demikian penambangan dilakukan dengan cara sederhana. Karena jumlahnya sedikit kebanyakan pencarian dilakukan oleh rakyat dengan menggunakan alat sederhana seperti linggis.


4. Pengolahan dan Pemanfaatannya
                Rijang termasuk sebagai bahan batu setengah permata.Batu rijang dapat digunakan untuk mebuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau dll
.


            Oleh sebab itu kebnayakan dibentuk sebagai hiasan ( ornament ). Pengolahan di awali dengan rencana penggunaannya. Oleh sebab itu dengan gerenda dan gergaji bongkahan rijang dibentuk sesuai dengan keinginan, kemudian dipoles hingga mengkilap. Dengan berbagai desain polesan rijang siap untuk dipasarkan. Membentuk batu setengah permata untuk perhiasan dilakukan dengan jiwa seni. Di daerah Wonogiri terdapat Unit Bina Industri Batu Mulia ( UBIBAM ) Sri Giri Wonogiri sebuah anak perusahaan binaan dari Perusahaan Negara Pusri Palembang yang mendidik, melatih dan membina para calon pengrajin batu mulia.

1 comment: