Thursday 6 October 2016

Panas Bumi Sebagai Energi Terbarukan Untuk Pembangkit Listrik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti saat ini, energy sangat banyak diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, tak terkecuali energi listrik. Energi listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik itu untuk kegiatan industry, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat/mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat enerli listrik sedangkan sumber energy pembangkit listrik terutama berasal dari sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian sumber energy ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energy listrik secara optimal dan terjangkau. Upaya menambahkan pembangkit sebenarnya telah dilakukan pemerintah. Namun membutuhkan proses yang lama dan anggaran yang besar. Oleh karena itu kerja sama dan partisipasi berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengatasi krisis energy listrik ini secara simultan dan terstruktur. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya perbaikan system listrik, mengurangi ketergantungan kepada BBM sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, internalisasi hidup hemat kepada khalayak dan yang tidak kalah pentingnya adalah mencari Energi Baru dna Terbarukan sebagai pasokan sumber energy. Energi Baru dan Terbarukan (EBT) terus dikembangkan dan dioptimalkan, dengan mengubah pola pikir bahwa EBT bukan sekedar sebagai energy alternative dari Bahan Bakar fosil tetapi harus menjadi penyangga pasokan energy nasional. Ada banyak sumber dari alam yang bisa dijadikan energy terbarukan salah satunya yaitu pemanfaatan energy panas bumi atau geothermal yang keterdapatannya memiliki potensi yang besar sebagai energy alternative.
Energi panas bumi adalah energy panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai 54000 C. Menurut pasal 1 UU No. 27 tahun 2003 tentang panas bumi : Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetic semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu system Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambanga. Dalam proses eksplorasi dan eksploitasinya tdiak membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar. Energi panas bumi bersifat tidak dapat diekspor, maka sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan energy di dalam energy.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut:
ü  Bagaimana poetnsi panas bumi Indonesia sebagai Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dalam emmenuhi kebutuhan energy listrik nasional ?
ü  Bagaimana teknik konversi energy panas bumi menjadi enerli listrik sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik ?
ü  Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan teknik konversi panas bumi menjadi energy listrik ?

1.3 Tujuan Studi Pustaka
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu :
ü  Menemukan energy alternative sebagai pengganti fossil-fuel dalam menghadapi krisis energy
ü  Menganalisis seberapa besar potensi panas bumi sebagai energy alternative
ü  Mengetahui potensi Indonesia akan panas bumi

1.4 Manfaat Studi Pustaka
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
ü  Menemukan energy alternative yang relevan dna terbarukan sehingga bisa dimanfaatkan
ü  Mengetahui penggunaan panas bumi sebagai bahan bakar generator listrik
ü  Mengetahui potensi energy panas bumi di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelangkaan energy
Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2008-2027, dibutuhkan kapasitas pembangkit listrik tak kurang dari 149 GW pada tahun 2027. Sementara itu saat ini kapasitas pembangkit kita tak lebih dari 21 GW.
Fenomena inilah yang terjadi dalam pengadaan energy di Indonesia. Krisis energy menjadi perhatian serius yang harus segera dicarikan solusinya. Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ini tentu membutuhkan pasokan energy yang tidak sedikit apalagi bahan bakar untuk keperluan sehari-hari yang semkain meningkat seiring bertambahnya kebutuhan masyarakat Indonesia.
Indonesia tidak kaya akan sumber daya energy yang tak terbarukan (yang berasal dari fosil). Namun Indonesia kaya akan sumber daya energy yang dapat diperbaharui yaitu panas bumi, tenaga air, biomas, dll. Sayangnya Indonesia tidak mempunyai kebijkaan untuk menggunakan sebagian pendapatan dari pengolahan sumber energynya untuk mengembangkan energy terbarukan. Justru kebanyakan hasil dari migas digunakan untuk mensubsidi BBM yang menghambat oengembangan energy lain. Sementara produksi minyak bumi terus berkurang dan konsumsi minyak (BBM) semakin meningkat melebihi dari tingkat produksinya. Saat ini kebutuhan BBM kita mencapai 1.3 juta barel/hari, sementara produksi minyak yang didapat pemerintah hanya 540.000 barel/hari, itu pun tidak semua diolah menjadi BBM. Oleh karena itu pemerintah harus mengimpor minyak dalam bentuk BBM sebesar 500.000 barel/hari (Ditjen Migas 2012).

2.2 Terjadinya Sistem panas bumi
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama yaitu kulit bumi, sleubung bumi dan inti bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit di bawah suatu daratan lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan dibawah lautan hanya sekitar 5 kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density sekitar 2.7 – 3 gr/cm3.
Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam adalah inti bumi yang mempunyai ketebalan sekitar 2450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperature dan tekanan yang sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 – 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperature pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 60000 F. Bagian dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200 – 300 km). dibawah lapisan ini, yiatu bagian bawah dari sleubung bumi terdiri dari material-material cair, pekat dan panas, dengan densitas sekitar 3.3 – 5.7 gr/cm3.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan kaku. Lempeng-lempeng tersevut merupakan bentangan batuan setebal 64 – 145 km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan dan meenrus. Di beberapa tempat lempeng-lempeng bergerak memisah sementara di beberapa tempat lainnya lmepeng-lempeng saling mendorong dan salah satu diantaranya di bawah lempeng lainnya. Karena panas di dalam astenosfer dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancurr meleleh dan mempunyai temperature tinggi.
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersbeut hingga kepermukaan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan temperature dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradient temperature rata-rata sebesar 300/km. di perbatasan antara dua lempeng harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini menyebabkan gradient temperature di daerh tersebut menjadi lebih besar dari gradient rata-rata, sehingga dapat mencapai 70-800C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (canary Islan) besarnya gradient temperature sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam 0C/km tetapi dalam 0C/cm.
Pada dasarnya system panas bumi terbentuk sebagai hasil dari perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperature air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konevksi.

Ada tiga lempengan yang berinterakasi di Indonesia, yiatu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lmepeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energy panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara India-australia  di sebelah selatan dan lmepeng Eurasia di sebelah utara menghasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160-210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan dikedalaman sekitar 100 km dibawah  Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau jawa atau Nusantara. Karena perbedaam kedalaman jenis magma yang dihasilkan berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatic yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan vulkanik. Sednagkan reservoir panas bumi di Sumtera terdapat di dalam batuan sedimen dan dietmukan pada kedalaman yang lebih dangkal.